Jaga Imun Diri di Masa Pandemi dari Perbedaan Persepsi (Refleksi Diri Terhadap Situasi Masa Kini)
Penyebaran korona virus (covid-19) berdampak kepada pola hidup masyarakat. Masyarakat diharapkan beradaptasi dengan protokol kesehatan. Salah satu protokol kesehatan tersebut adalah untuk selalu menjaga imunitas tubuh.
Dengan menjaga imunitas tubuh diharapkan virus korona bisa dikalahkan. Adapun cara menjaga imunitas tubuh yang baik adalah dengan menjaga diri supaya tidak stress. Karena itu semua kegiatan, pekerjaan dan aktivitas harus dilakukan dengan hati yang riang dan gembira.
Kegalauan, kegundahan, kebingungan dan sejenisnya harus segera dihilangkan. Jangan sampai mendekat dengan kehidupan kita. Jangan sampai beredar tulisan seperti yang ada pada grup WhattApp sebelah berikut ini:
Antara SKHUS dan SKNRR
Oleh : Gurlasnem
Mengapa harus tiga
Mengapa harus sembilan
Lho ko delapan puluh lima persen
Emang siapa yang nentuin
Lah kan sekolah punya kurikulum masing-masing.
Sekolahku dengan sekolahmu tentu beda ya!
Aq sembilan kamu delapan
Malah dia duabelas
Jadi mana yang bener?
Aku kamu atau dia!
Lah semua bener lah!
Wong KTSP ko.
Trs kenapa yang dua belas
Dipaksa suruh delapan?
Ngga ngerti aku bilang
Emang harus bgtu kamu bilang
Lah ikuti aja perintah dia bilang.
Kita profesional Bro
Bekerja berdasarkan aturan
Jangan asal kerja
Seloroh orang sebrang.
Bukan dilarang membuat tulisan. Tetapi idealnya jangan sampai timbul tulisan yang berupa keluhan. Kalau sudah terjadi keluhan siapa yang bertanggungjawab?
Bukankah manusia yang baik adalah manusia yang dapat meringankan beban sesamanya? Ayo kita membangun komunitas yang bisa meringankan masalah orang lain. Ayo kita lakukan kegiatan yang tidak terlalu membebankan orang lain.
Jadilah manusia yang menjadi bagian dari solusi. Jangan jadi bagian dari masalah. Insha allah kalau menjadi bagian dari solusi, hidup ini akan menjadi berkah.
Supaya hidup menjadi bagian dari solusi, maka setiap pekerjaan harus dibuatkan desainnya. Paling tidak menggunakan pola planning, organizing, actuating dan controlling (POAC).
Buatlah perencanaan yang matang. Maksimalkan pengorganisasian dan tatakelola yang memadai. Koordinasikan dan kelola kegiatan dengan baik. Lalu lakukan kontrol secara melekat.
Rencanakan secara mendalam terhadap program yang akan dilakukan. Matangkan semua kebijakan barulah dikomunikasikan dan sosialisasikan kepada mitra kerja.
Masalah perbedaan adalah anugerah. Yang terpenting perbedaan itu ada dasar dan landasannya. Bukankah perbedaan itu indah. Bukankah perbedaan itu anugrah.
Selagi masih mengacu kepada aturan dan landasan yang jelas. Perbedaan itu kreasi selagi masih menggunakan pondasi yang logis dan realistis.
Seperti kurikulum 2013. Kurikulum 2013 itu mengadaptasi kearifan lokal. Artinya sekolah bisa mengambil langkah-langkah strategis sesuai kewenangannya.
Bukankah kurikulum 2013 itu KTSP. Kurikulum yang berpijak sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri.
Jangan sampai hak-hak sekolah hilang lenyap karena keputusan sepihak. Mari kita kembalikan kepada porsi semula. Managemen Berbasis Sekolah (MBS) jangan hanya jadi jargon belaka.
Artinya kalau antara satu sekolah yang satu dengan sekolah yang lain berbeda adalah hal yang lumrah. Bahkan perbedaaan itu suatu keniscayaan.
Persoalannya sekarang kenapa harus ada persepsi yang sama. Kalau masalah substansi yang hakiki sudah dibuat sama.
Bukankan kita telah membebaskan diri. Apalagi dengan dideklarasikannya merdeka mengajar dan merdeka belajar.
Betul mendeka itu bukan mendeka tanpa batas. Tetapi merdeka pasti dibatasi kemerdekaan orang lain.
Mari kita saling menghargai dan menghormati. Sesuai dengan tugas dan fungsi. Kembalikan kepada tusinya masing-masing. Supaya kita menjadi insan yang punya kreasi.
Ayo kita saling menghargai. Ayo kita saling berempati. Supaya di masa pandemik. Imunitas tubuh meninggi.
Wallahu’alam.
Bekasi, 15 Juni 2020
Yan Supyanto.
semoga covid cepat berlalu....
BalasHapus